Menghitung Pengeluaran Untuk KKN [ part 1]

Karena Allah Bukan Lembaga sosial, karena selain maha Pemurah Allah juga akan tetap melihat kontribusi dan tadhiyah kita, karena syurga itu tidak gratis kawan.

Teringat kembali KKN dua tahun lalu dengan adegan rasa campur aduknya. Perjalanan waktu menitipkan kemantapan pandangan pembelanya. Diawali saat mendapat teman kelompok KKN,  pikiran saya mencoba menerka-nerka peran apa yang akan ditemui di panggung panjang selama sebulan itu, bahkan mulai menyiapkan buku-buku psikologi dan pembangkit ruhiyah untuk mencoba menerapkan peran yang tepat dan sesuai untuk memasuki dunia peran teman diatas panggung nanti,  agar irama adegan tetap terjaga. Saat itu teman meledek dengan kalimat singkatnya “Ciee mentang-mentang jadi kordes, langsung baca-baca buku gituan”..

Sebelumnya pun sudah banyak euforia menatap KKN yang segera kunjung menghampiri, banyak kawan yang sudah siap berangkat “perang” dan subsidi dua kali lipat dari bulanan biasanya. Euforia begitu terasa saat teman-teman mencoba menceritakan asumsi masing-masing mengenai kehebohan KKN  yang akan terjadi melalui cerita yang disampaikan para senior di fakultasnya masing-masing. Mulai dari sulitnya listrik, air bersih, tempat yang kebangetan jauh, dan sinyal HP yang bisa didapat di daerah tertentu, bahkan cerita horror yang menjadi bumbu euforia KKN-ers nanti, dengan hebohnya cerita penculikan para gadis muda, mutilasi mayat dll.

Tidak berhenti sampai disitu, beberapa kawan satu kelompok sudah memulai candaannya dengan ide nakalnya seperti mengkategorikan temen sekelompok yang cantik-cantik, kemayu, pendiam atau solehah. Dan membaginya sesuai dengan jumlah dan karakteristik para bujang di kelompok ini. Ide gila terus meluncur, sudah terlihat niat-niat unik dengan sedikit keliaran terungkap dari jambang-jambang panjang para lelaki bujang di kelompok ini. Ada yang berharap disana sering-sering mati lampu agar terus menyatu dalam kegelapan bersama kumpulan wanita lugu yang ketakutan, juga ada yang berharap disana nantinya jadi tukang ojek setia para wanita ayu kelompok ini, ada yang berharap anaknya ak Kades mempunyai kriteria bidadari yang turun dari langit walaupun  harapan itu musnah saat tau bawha anak Pak Kades adalah seorang laki-laki tulen dengan jambang yang mengambang dan menjadi pemilik rumah kontrakan kami kelak.

BISMILLAH…

Sedikit ingin berbagi, Insya Allah hikmah, karena hikmah adalah harta milik kaum mukmin…KKN menurut sy pribadi adalah bentuk kecil dari upaya penyaluran dari pentasbihan sebagai Maha-Siswa dengan segala kelebihan yang kita miliki. Mahasiswa mulai diliat sebagai menara gading, dan itu bukanlah kondisi yang ingin kita tuju. Bahkan tanpa sadar bisa-bisa kita terlalu disibukkan dengan kekhawatiran fisik dan lingkungan yang minimalis.

Saat saya menulis ini sebenarnya adalah karena rasa kecintaan saya kepada sahabat-sahabat yang nantinya benar-benar akan merasakan langsung kerumitan cerita lelah dan indah di KKN nanti. Yaa..semua ini berasal dari sebuah ikatan iman dan ukhuwah untuk saling menguatkan dan menyadarkan peran apa yang bisa kita ambil di dalam pertunjukkan besar tersebut.

Sahabat-ku yang Allah cintai, Mulai saat ini mari kita menghitung-hitung pengeluaran untuk KKN kita, seberapa besar tenaga, strategi  dan upaya yang nantinya kita akan salurkan di kerja-kerja kelompok kita. Seberapa besar pengaruh dan daya tahan saat kita mengeluarkan energi untuk menahan godaan-godaan dengan segala bentuk kenikmatannya.

Ini adalah sedikit perbekalan yang saya tawarkan dan mungkin bisa membantu sahabat-sahabat KKN-ers kelak di panggung besar itu.

  1. “Mulailah mempersiapkan peran apa yang akan kita ambil” dengan menambah buku bacaan, pemahan dan cerita hikmah dari pengalaman orang lain. Mengapa demikian? Ini menjadi penting saat kita ingin menjadi bagian yang mempunyai arti dan ingin memberikan pengaruh positif di kelompok. Dan bukan berarti mempersiapkan merubah sifat asli kita atau memakai topeng untuk berpura-pura dan menyebabkan kita tersiksa, yang dimaksudkan mempersiapkan peran adalah mengoptimalkan kemampuan soft skill potensi kebaikan kita dan mempergunakannya untuk memberikan aura positif. Dalam Al Qur’an [Surat al Fushilat : 33 ] dijelaskan “ Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”. Bahkan kehadiran kita diharapkan menjadi murobbi untuk kelompok kita, tempat untuk menentukan pilihan baik, nasehat, mengingatkan utk ibadah sampai pada mampu menghentikan perkara maksiat jika ada kehadiran kita.
  • Ini pengalaman saat mendapat cerita dari kawan di BEM Universitas, seorang akhwat, yang teman laki-laki satu kelompoknya “berjamaah melakukan maksiat dengan menonton blue Film”..naudzubillah..alhamdulillah itu tidak berlangsung lama, karena saudari kita ini mampu menempatkan dirinya sebagai seorang kawan yg bijak mengingatkan, lebih bijak dari mamah dede mungkin…mamah…..curhattttt donkkk…^_^v. Ya pada akhirnya si akhwat ini bukan menjadi musuh atau dijauhi, tapi justru dirindukan kawan-kawan laki-lakinya, karena kangen marahnya si akhwat ini saat mereka dulu nonton Blue film dan juga kangen dibangunin sholat subuh berjamaah oleh akhwat ini, tentunya kawan saya ini sangat pandai dalam menjalankan peran di kelompok KKN nya ketika itu.
  • Di kelompok saya pun cukup heterogen, dengan komposisi yang tidak berimbang tentunya dengan dua orang ikhwan dan sisanya adalah kawan-kawan kami. Kondisinya dipersulit dengan hampir beberapa orang terlihat terbiasa untuk meminum minuman keras, dan beberapa wanita yang juga terbiasa untuk merokok. Namun karena pertolongan allah dan beberapa siasat yang coba diterapkan di kelompok kami, akhirnya tidak ada satupun yang berani minum-minuman keras, nonton blue film atau bahkan berjudi kecil-kecilan tanpa ada penolakan dan juga kebencian dengan saya. Bahkan kami menjadi jamaah peramai mushola yang sangat sepi di wilayah KKN kami dengan “iQomat politik”(yang iqomat gak bisa jadi imam) kawan saya sehingga korbannya bisa ditebak.. Alhamdulillah.

      2. “Perkuatlah basis keilmuan kita, karena penting bagi seorang da’i memiliki keungulan ilmu”

Harus difahami bahwa pekerjaan da’i hendaknya tidak hanya sebatas pada urusan perbaikan akidah dan ibadah. Kontribusi kita hendaknya tidak terbatas pada urusan moral semata. Allah mengisyaratkan dalam Qur’an [Surat Yusuf : 43 – 49 ] bahwa seorang da’i pun harus mampu berbicara tentang “masalah dunia” yang ada dalam realita masyarakat ..minimal mampu menjawab kebutuhan dalam tim KKN kita..Tentu tidak diharapkan saat kita berusaha memecahkan permasalahn kontribusi di KKN kitalah menjadi anak bawang dalam menyalurkan kemampuan kita yang sangat sedikit.

  • Pembahasan program kerjadi kelompok KKN, biasanya bersumber dari Sumber Daya Manusia yang ada di kelompomk itu. Karena selain program kerja dari DPL atau LPPM, kitapun harus membuat program kerja lain yang bermanfaat dan sesuai kebutuhan disana. Contoh sederhana s jika ada anak FKG di kelompok kita, biasanya penyuluhan gigi dan mulut adalah calon program favorite, atau ada yang di Fakultas geologi, biasanya pembuatan Peta Desa dengan segala legenda nya dn skala rumitnya bisa juga menjadi calon program favorite kelompok. Begitu juga dengan anak Faperta, Fk, Fasa, Fisip, Fapsi, Fpik, Fkep, Ftip, Fe, Fmipa, dll..yang mempunyai kontribusi sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Kondisi SDM sangat  berpengaruh, karena menurut pengalaman, belum tentu anak Fapsi mampu memberikan penyuluhan kepribadian atau training motivasi ke warga, karena dengan alasan tidak paham dan gak percaya diri, atau dengan anak fisip yang tidak mau memberikan kontribusi untuk membantu penyuluhan perapihan struktur lembaga tingkat desa, dengan alasan lupa materi kuliahnya, Jangan sampai ini terjadi pada kita para da’i yang sepnatasnya membarikan ide-ide segar ditengah kebutuhan kawan sekelompok KKN kita.
  • Seringkali karena kebutuhan yang mendesak dan pemateri yang cakap, keputusan untuk membuat training ke para pemuda desa dan juga memotivasi anak-anak SMP untuk meneruskan sekolah lebih tinggi, membuat keputusan kelompok memerlukan seorang pembicara atau trainer. Untuk menghadirkan seorang trainer pun tidak murah, kita perlu memikirkan biaya yang diperlukan untuk transport dan uang terima kasih untuk trainer tersebut. Pengalaman saya saat saya mengisi training selama 2 jam di tempat KKN kawan saya, saat itu saya dititip uang sekitar 300 ribu sebagai  tanda terima kasih mereka karena sudah jauh-jauh menyempatkan waktu untuk ke Purwakarta. Tentu uang sejumlah itu bukanlah jumlah yang kecil mengingat kebutuhan KKN sangatlah banyak. Oleh karena itu sebagai seorang da’i yang terbiasa mengolah retorika dakwah dalam liqo atau dalam syuro-syuro kita, bolehlah kita mengusulkan kepada kelompok KKN kita bahwa kita bersedia menjadi trainer dadakan saat proker penting itu berlangsung. Alkisah inilah yang juga terjadi di kelompok saya, dan kami mampu menghemat uang yang cukup signifikan dan bisa dialihkan ke proyek KKN yang lainnya.

to be continued…

About brasanda

Ceritakan segala sesuatu tentang Khalid, aku pasti tertarik

6 responses to “Menghitung Pengeluaran Untuk KKN [ part 1]”

  1. CoretanFatty says :

    Saya baru baca,..
    Hhhmm,.. nyimak doloo

  2. FitEu says :

    syukron kang, Insya Allah di bekel k KKN..^^

  3. aryansfirdaus says :

    mantabs kang,,, ane izin copy link nya yaaah…

Tinggalkan Balasan ke brasanda Batalkan balasan